Ikon: Tampak Jembatan Ampera yang berusia puluhan tahun masih menjadi akses utama penghubung Seberang Ulu dan Ilir
DED Rp 5 M, Sudah Diajukan ke Pusat
PALEMBANG -- Mendesaknya duplikasi Jembatan Ampera, ikon Palembang yang berusia hampir setengah abad disadari para wakil rakyat di DPRD Sumsel. Ketua Komisi IV DPRD Sumsel, Edwar Jaya menilai, duplikasi ini sudah mendesak melihat volume kendaraan yang melalui Ampera sudah begitu padat.
"Akses penyeberangan dari Seberang Ilir ke Seberang Ulu atau sebaliknya bertumpu pada Jembatan Ampera ini. Jangan sampai terjadi apa-apa, butuh duplikasi segera," katanya.
Makanya, kata Edwar, pihaknya telah mengajukan detail engineering design (DED) kepada Menko Perekonimian, Kementerian PU dan DPR RI. "Kami akan terus mengawal usulan ke pusat ini dan ditargetkan 2014 dapat direalisasikan dengan adanya bantuan APBN," imbuhnya.
Berdasarkan DED yang diajukan, lanjut Edwar, duplikalsi akan dibangun pada sisi sebelah kiri Jembatan Ampera dari arah Bundaran Air Mancur menuju ke kawasan 7 Ulu.
"Tidak dirancang pada sebelah kanan karena akan menutupi BKB," bebernya sembari mengatakan anggaran DED sekitar Rp 5 miliar dari APBD Sumsel.
Pentingan duplikasi Ampera, ucap Edwar, juga untuk mengantisipasi beban yang bertumpu pada jembatan pampasan perang Jepang ini akibat dri pembangunan jembatan layang (fly ovver) simpang Jakabaring (Ampera-Jakabaring). "Makanya harus segera direalisasikan agar bebannya tidak pada Jembatan Ampera semua," pungkasnya.
Kepala Satuan Kerja Non Vertikal (SNVT) Preservasi dan Pembangunaan Jalan dan Jembatan Metropolis Palembang Kementerian PU, Ir Aidil Fikri MT menyampaikan, duplikasi Jembatan Ampera penting segera dibangun. Tak hanya kerena lalu lintas yang melalui jembatan ini semakin padat, tapi juga faktor usia.
Selama ini, pihaknya agak kesulitan melakukan pemeiharaan dan prbaikan Jembatan Ampera secara maksimal karena ini satu-satunya akses terdekat untuk menyeberang dari seberang Ulu ke Ilir. "Kalau ada duplikat disebelahnya, Ampera bisa ditutup total saat pemeliharaan atau perbaikan," bebernya.
Menurut Aidil, kontruksi duplikat Ampera tidak perlu setinggi ikon Palembang sejak puluhan tahun itu. "Rendah saja, yang penting manfaatnya nyata," cetusnya. Ia malah mengusulkan kepada pemerintah daerah agar mengutamakan pembangunan duplikasi Ampera dibandingkan Misi III dengan memerlukan biaya jauh lebih besar.
"Musi III tidak mudah, dana yang dibutuhkan juga sangat besar sekitar Rp 8,5 triliun. Kalau duplikat Ampera, lahannya relatif siap dan dananya cukup kecil. Bisa jadi tidak sampai Rp 500 miliar," ungkapnya.
Dicontohkannya, duplikasi Jembatan Musi II sendiri hanya menelan anggaran Rp 260 miliar. Kdishubkominfo Sumsel, Musni Wijaya SSos MSi mengakui, duplikasi akan memberikan efek positif terhadap kelangsungan Jembatan Ampera. "Ide tersebut tentunya akan kami dukung, namun perlu dilakukan kajian lagi mengenai dampak yang ada," pungkasnya.
Terpisah Wali Kota Palembang, H Eddy Santana Putra menilai, pembangunan duplikasi Jembatan Ampera belum terlalu diperlukan dan mendesak. Apalagi, kondisi Jl Sudirman yang terkonekki langsung dengan Jembatan Ampera sudah sangat padat.
"Kalau dilakukan duplikaasi, tapi belum ada jalan alternatif seperti Musi III, maka akan memicu kemacetan yang lebih parah di area sekitar pembangunan dan aktivitas warga akan terganggu," ucapnya.
Menurut Eddy, dupliikasi Jembatan Ampera membutuhkan perencanaan matang karena lokasinya di sekitarnya sangat padat. Banyak bangunan tua yaang bersejarah serta pemukiman padat penduduk sehingga kemungkinan butuh biaya sangat besar untuk membebaskan lahan dan lainnya. "Yang mendesak itu, Musi III, baru Musi II, Musi IV, Musi V dan jembatan Musi lainnya," ujarnya seraya mengatakan walaupun ia harus dibangun di kiri dan di kanan. (mik/rip/yun/ce2)
Sumatera Ekspres, Kamis, 21 Februari 2013
0 komentar:
Posting Komentar